Teknik Industri sebagai sebuah disiplin kecabangan dari ilmu
keteknikan/teknologi secara formal orang mengenalinya sekitar pertengahan tahun
1900-an, setelah sebelumnya orang mengenal terlebih dahulu beberapa disiplin
seperti Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Kimia dan berbagai
macam derivasi disiplin-disiplin tersebut. Namun, agak berbeda dengan disiplin
keteknikan yang lain, orang seringkali menjumpai berbagai kesulitan didalam
mencoba mendefinisikan secara konkrit mengenai karakteristik, ciri spesifik,
maupun ruang lingkup yang berkaitan dengan fungsi maupun peran disiplin Teknik
Industri ini didalam menjawab tantangan dan persoalan di dunia industri.
Orang
seringkali sulit sekali menempatkan disiplin Teknik Industri ini didalam ranah
habitat “engineering” yang begitu mengunggulkan kemampuan dan kompetensi
merancang --- bisa berupa rancangan produk ataupun rancangan proses --- dengan
berlandaskan analisa pendekatan kuantitatif dan serba eksak. Disisi lain
problematika industri yang dijumpai seringkali juga lebih cenderung begitu
kompleks, gampang berubah, penuh unsur ketidak-pastian, abstraktif dan sulit
untuk diramalkan dengan pendekatan obyektif; sehingga memerlukan penyelesaian
yang lebih bersifat sistemik, holistik, dan komprehensif-integral. Proses
pengambilan keputusan didalam menyelesaikan persoalan tidak lagi bisa dilakukan
secara parsial, sepotong-potong, dan linier; akan tetapi haruslah dilakukan
dengan pola pikir dan tindak lateral dengan segala macam pertimbangan yang
multi-dimensional, kualitatif dan terkadang memerlukan kepekaan intuitif .
Problematika industri tidaklah semata ditentukan oleh sub-sistem materi
(material sub-system) yang serba eksak, melainkan juga dipengaruhi lebih banyak
lagi oleh sub-sistem manusia (human sub-system) dengan perilaku yang lebih
sulit untuk diduga. Problematika industri selain akan tergantung pada faktor
produksi pasif (bahan baku, mesin, gedung, ataupun fasilitas produksi lainnya),
juga akan banyak dipengaruhi oleh faktor produksi aktif yaitu manusia (baik
sebagai individu maupun kelompok kerja) dengan segala macam perilakunya
(Wignjosoebroto, 1995).
Sebenarnya
apa-apa yang telah dilakukan oleh Taylor, dkk itu bukanlah sesuatu yang berdiri
sendiri dan terlepas dari apa-apa yang telah dikerjakan oleh oleh para pioneer
T.Industri sebelumnya. Bila istilah produksi maupun industri akan dipakai
sebagai kata kunci yang melatar- belakangi lahirnya profesi Teknik Industri;
maka setidak-tidaknya dalam hal ini Adam Smith (The Wealth of Nations, 1776)
dan Charles Babbage (On Economy of Machinery and Manufacturers, 1832) telah
mengemukakan konsep peningkatan produktivitas melalui efisiensi penggunaan
tenaga kerja dan pembagian kerja berdasarkan spesialisasi/keahlian. Fokus dari
apa yang diteliti, dikaji dan direkomendasikan oleh Smith maupun Babbage ini
tampaknya memberikan motivasi kuat bagi Frederick W.Taylor (The Principles of
Scientific Management, 1905) untuk menempatkan “engineer as economist” didalam
perancangan sistem produksi di industri, dimana konsep yang dikembangkan
berkisar pada dua tema pokok, yaitu (a) telaah mengenai “interfaces” manusia
dan mesin dalam sebuah sistem kerja, dan (b) analisa sistem produksi untuk
memperbaiki serta meningkatkan performans kerja yang ada. Apa-apa yang telah
dilakukan oleh Taylor --- atas segala jasa yang telah dilakukannya, Frederick
W.Taylor ini kemudian diberi gelar sebagai “the father of industrial
engineering” --- dan para pioneer keilmuan Teknik Industri lainnya (kebanyakan
dari mereka memiliki latar belakang insinyur) juga telah membuka cakrawala baru
dalam pengembangan dan penerapan sains-teknologi demi kemaslahatan manusia
(Emerson and Naehring, 1988) .
Dalam hal ini penerapan sains, teknologi dan ilmu keteknikan (engineering)
tidak harus selalu terlibat dalam masalah-masalah yang terkait dengan persoalan
perancangan perangkat keras (hardware) berupa teknologi produk maupun teknologi
proses saja; akan tetapi juga ikut bertanggung-jawab didalam pengembangan
perangkat teknologi lainnya (software, organoware dan brainware). Kalau
sebelumnya profesi insinyur lebih terpancang pada peningkatan produktivitas
melalui “sumber daya pasif” (material, mesin, alat/fasilitas kerja), maka
selanjutnya langkah yang dimulai oleh Taylor, dkk ini akan menempatkan manusia
sebagai “sumber daya aktif” yang harus dikelola dengan sebaik-baiknya melalui
kiat-kiat pengendalian manusia yang sungguh sangat spesifik. Signifikansi
faktor manusia yang harus dilibatkan dalam perancangan teknologi produksi telah
menempatkan rancangan sistem kerja yang awalnya cenderung serba
rasional-mekanistik menjadi tampak jauh lebih manusiawi. Disini manusia tidak
lagi dipandang sekedar sebagai faktor produksi (tenaga kerja) seperti halnya
material, mesin atau sumber daya produksi lainnya, akan tetapi akan dilihat
secara lebih utuh.
Sebagai
sumber daya aktif, perilaku manusia baik secara individu pada saat berinteraksi
dengan mesin dalam sistem manusia-mesin dan lingkungan fisik kerja, maupun pada
saat berinteraksi dengan sesama manusia lain dalam sebuah aktivitas kelompok
kerja akan memberi pengaruh signifikan dalam setiap upaya peningkatan produktivitas.
Persoalan perancangan tata-cara kerja di lini produksi nampak terus terarah
pada upaya mengimplementasikan konsep “human-centered engineered systems” untuk
perancangan teknologi produksi dengan melibatkan unsur manusia didalamnya.
Demikian juga sesuai dengan ruang lingkup industri yang pendefinisannya terus
melebar-luas --- dalam hal ini industri akan dilihat sebagai sebuah sistem
skala besar yang komprehensif-integral --- maka persoalan industri tidak lagi
cukup dibatasi oleh pemahaman tentang perancangan teknologi produk dan/atau
teknologi proses dalam ruang lingkup industri yang berskala mikro dan
berdimensi operasional saja; akan tetapi juga mencakup ke persoalan organisasi
dan manajemen industri dalam skala yang lebih luas, makro, kompleks dan berdimensi
strategis. Problem industri tidak lagi berada didalam dinding-dinding industri
yang rigid-terbatas, tetapi terus bergerak merambah menuju ranah lingkungan
luar sistem-nya. Solusi persoalan tidak lagi cukup didekati dengan proses
pengambilan keputusan yang bersifat sepotong-potong dan parsial, melainkan
memerlukan solusi-solusi yang berbasiskan pemahaman mengenai konsep sistem,
analisis sistem dan pendekatan sistem (Wignjosoebroto, 1997).
TUJUAN TEKNIK INDUSTRI :
Menjamin bahwa produk/jasa yang dihasilkan
berkualitas, tepat waktu dan dengan biaya yang sesuai.
MANFAAT TEKNIK INDUSTRI BAGI KEHIDUPAN
MANUSIA
Tidak diragukan lagi sepanjang masa sejarah hidup manusia teknik
industri memberikan banyak kontribusi bagi kehidupan manusia. Sebagai hasil dari
proses berfikir teknik industri diarahkan untuk melayani manusia. Teknik
industri memberikan solusi yang lebih efektif dan efisien dalam berbagai proses
produksi, termasuk penggunaan mesin, material, waktu, sumber daya manusia,
informasi, dan sebagainya. Teknik industri juga memiliki manfaat dalam
pembuatan sistem kerja yang efektif dan efisien agar produksi barang di pabrik
berjalan lancar.
Pengertian Psikologi Industri
pada suatu organisasi adalah
Ilmu tentang tingkah laku manusia yang berkaitan dengan lingkungannya (organisasi/perusahaan).
Berkaitan dengan:
·
Faktor yang
mempengaruhi hasil kerja.
·
Faktor yang
mempengaruhi kepuasan kerja
·
Cara atau
prosedur agar hasil kerja dan kepuasan kerja maksimum
Fungsi Psikologi Industri
Salah satu fungsi yang umum dari psikologi dalam bidang industri adalah:
Melakukan Penyelidikan-penyelidikan yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan personel
management.
Misalnya: Seleksi Karyawan, penempatan karyawan, pengkuran sikap, motivasi,
dan sebagainya.
Contoh penyelidikan atau penerapan dari fungsi yang berkaitan
dalam psikologi industri, pernah dilakukan oleh Hawthorne dalam penelitiannya tentang
pengaruh pencahayaan terhadap kinerja operator di sebuah pabrik. Hasil dari
penelitian tersebut berkesimpulan bahwa, cahaya tidak berpengaruh penting
terhadap kinerja operator. Akan tetapi Perhatian seorang manajer lebih berperan
untuk meningkatkan kinerja operator. Penelitian ini ada kaitannya dalam sebuah
kajian “Perancangan Sistem Kerja” di semua sektor industri baik barang
(manufaktur) ataupun jasa.
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
A. Pengertian.
Psikologi industry/organisasi merupakan suatu ilmu yang di dalam psikologi,
adapun pengertian dari psikologi industry/organisasi dari beberapa tokoh,
yaitu:
1. Guion (1983), Psikologi industri
organisasi adalah studi tentang hubungan antara manusia dengan dunia kerja.
Riset terhadap manusia kemana mereka pergi, mereka bertemu dan apa yang mereka
lakukan untuk memenuhi kehidupannya.
2. lum dan Taylor (1968), Psikologi industri
organisasi adalah aplikasi yang simple atau pendalaman dari fakta-fakta dan
prinsip-prinsip psikologis yang berkaitan dengan manusia dalam konteks bisnis
dan industri.
3. A.S. Munandar (1994), Psikologi industri organisasi
adalah ilmu yg mempelajari perilaku manusia dalam peranannya sebagai tenaga
kerja & konsumen baik secara perorangan maupun secara kelompok.
4. Munsterberg (dalam Berry 1998) adalah ilmu
yang mempelajari tingkah laku manusia dalam dunia kerja.
Jadi Psikologi industry dan organisasi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku
manusia dalam perannya sebagai tenaga kerja dan konsumen yang baik secara
perorangan maupun secara kelompok untuk kepentingan dan kemanfaatan bersama.
B. Sejarah Psikologi Industri dan Organisasi.
Tahun 1901, Walter Dill Scott berbicara tentang kemungkinan penggunaan
psikologi dalam periklanan. Tahun 1903 ia menerbitkan bukunya The Theory of
Advertising, yang dipandang sebagai buku pertama yang membahas tentang
psikologi dengan suatu aspek dari dunia kerja (Schultz, 1982, halaman. 8).
Tahun 1913 terbit buku lain dengan judul The Psychology of Industrial
Efficiency yang ditulis oleh Hugo Muensterberg. yang membahas secara lebih luas
bidang dari psikologi industri.
Frederick Winslow Taylor, seorang sarjana teknik, pelopor gerakan
“scientific manajement” mencari cara-cara yang paling efisien untuk melakukan
suatu pekerjaan, dan menciptakan berbagai macam alat mekanik yang disesuaikan
dengan struktur faal badan dan anggota badan kita.
Pada masa itu mulailah para sarjana psikologi melakukan eksperimen
bersama-sama dengan para teknik industri menggarap obyek studi yang baru, yaitu
kesesuaian dan penyesuaian dari lingkungan kerja fisik, peralatan kerja dan
proses kerja dengan keterbatasan kemampuan fisik dan psikis dari manusia
sebagai tenaga kerja.
Mulai tahun 1960-an penerapan psikologi di bidang penjualan, dengan
mengadakan penelitian perilaku konsumen. Sehubungan dengan hal tersebut maka
dimulai kegiatan promosi melalui berbagai media untuk menarik konsumen.
Para sarjana psikologi mendalami hubungan antar manusia dalam industri,
mempelajari organisasi sebagai suatu keseluruhan, struktur dan iklim berbagai
macam organisasi, pola dan gaya komunikasi, struktur sosial formal dan informal
yang ditimbulkan, untuk menentukan pengaruh dan akibatnya terhadap perilaku
tenaga kerja.
Fred Fiedler mengemukakan teori kepemimpinan yang di kenal sebagai
contigency models of leadership, yang menyatakan situasi yang berbeda
membutuhkan leadership style yang berbeda pula. Dalam era ini, teori-teori
organisasi mulai tumbuh dan berkembang dengan lebih banyak variasinya. Pada
masa sampai Perang Dunia II, maka Classical organization theory mendominasi
ranah teori organisasi. Pada tahun 1960-an, teory organisasi berkembang dengan
pesat, baik di Inggris maupun di Amerika. Dapat dikatakan sejak era 1960-an,
para ahli Psikologi Industri dan Organisasi mulai terpengaruh oleh
masalah-masalah orgnisasi sebagai context individu yang berbeda. Pada tahun
1971, istilah Psikologi Industri dan Organisasi mulai digunakan di kalangan
akademisi dan praktisi. Psikologi Industri dan Organisasi ini tidak saja
membicarakan hal-hal yang tradisional dalam psikologi industri seperti seleksi
dan lain-lain, tetapi mulai memasukkan faktor organisasi seperti kepemimpinan,
komunikasi dalam organisasi sebagai bagian dari buku-buku Psikologi Industri
dan Organisasi.
Frederick Winslow Taylor, seorang sarjana tehnik, mencari cara-cara yang
paling efisien untuk melakukan suatu pekerjaan, dan menciptakan berbagai macam
alat mekanik yang disesuaikan dengan stuktur faal badan anggota badan kita.
Pada masa itu mulailah para sarjana psikologi eksperimen bersama-sama dengan
para sarjana tehnik industri menggarap objek studi yang baru, yaitu kesesuaian
dan penyesuaian dari lingkungan kerja fisik, peralatan kerja dan proses kerja
dengan keterbatasan kemampuan fisik dan psikik dari manusia sebagai tenaga
kerja. Melalui eksperimen ditemukan hukum-hukum dan prinsip-prinsip umum yang
diterapkan dalam menyusun suatu proses kerja yang efisien, merancang dan
membuat alat-alat yang dengan kemampuan fisik dan psikik manusia. Dengan
bekerja sama dengan sarjana tehnik, para sarjana psikologi memberi keterangan
tentang kapasitas dan keterbatasan manusia dalam menggunakan peralatan canggih.
Para sarjana psikologi juga membantu para perancang tehnik dalam tata letak
panel alat, baik yang ada dalam mobil maupun yang ada di kokpit kapal terbang.
Akhirnya pada waktu bersamaan para sarjana psikologi sebagai kelanjutan
mendalami hubungan antarmanusia dalam industri mulai mempelajari organisasi
sebagai suatu keseluruhan. Mereka mempelajari strukur, iklim dan budaya dari
berbagai macam organisasi, pola dan gaya dari komunikasinya, struktur sosial
formal dan informal yang ditimbulkan, untuk menentukan pengaruh dan akibatnya
terhadap perilaku tenaga kerja. Psikologi industri dan organisaisi di
indonsesia baru di kenal dan di kembangkan di Indonesia sekitar tahun 1950-an.
C. Sejarah Masuknya Psikologi Industri Dan
Organisasi Di Indonesia
Psikologi Industri dan Organisasi di Indonesia Psikologi sebagai ilmu baru
dikenal dan dikembangkan di Indonesia sekitar tahun 1950-an. Ketika kemerdekaan
Indonesia diakui secara resmi oleh belanda akhir tahun 1949, terdapat
kegiatan-kegiatan psikologis dengan menggunakan tes-tes psikologis yang
dilakukan oleh:
1. Balai Psychototechnick dari Kementrian
Pendidikan Pengajaran & Kebudayaan RI yang emngadakan seleksi siswa untuk
masuk ke sekolah menengah kejuruan teknik serta pengukuran psikometris untuk
keperluan penjurusan sekolah.
2. Pusat Psikologi Angkatan Darat Di Bandung
yang menyelenggarakan seleksi dan penjurusan bagi para anggotanya berdasarkan
pengukuran psikomertis.
Pada tanggal 3 Maret 1953, dibawah pimpinan Prof. Dr. Slamet Imam Santosso,
didirikan Lembaga Pendidikan Asisten Psikologi, dan Balai Psychotechniek dari
Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan RI dilebur ke dalamnya manjadi
bagian Psikologi Kejuruan dan Perusahaan. Lembaga Pendidikan Psikologi
Berkembang menjadi Jurusan Psychologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia
dan tahun 1960 menjadi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Bagian
Psikologi Kejuruan dan Perusahaan sekarang menjadi Bagian Psikologi Industri
dan Organisasi. Psikologi Industri yang merupakan cabang dari psikologi yang
ketika itu hanya menerapkan penggunaan tes dalam rangka seleksi dan penjurusan
sekolah sejak itu berubah menjadi ilmu yang dapat dikembangkan teorinya melalui
penelitian-penelitian.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kemungkinan-kemungkinan untuk
mengembangkan psikologi dan industri di Indonesia sebagai ilmu telah dikenal
dan dipahami, tetapi pelaksanaanya belum dapat dilakukan sepenuhnya.
Psikologi dan Industri di Indonesia dewasa ini masih merupakan ilmu terapan
dengan kegiatan utamanya pada pelaksanaan pemeriksaan psikologis (yang secara
popular dikenal dengan “psikotes”) dengan tujuan seleksi dan penempatan,
penyuluhan dan bimbingan kejuruan dan pengembangan karir.
D. Ruang Lingkup Psikologi Industri dan Organisasi.
1. Psikologi Industri Dan Organisasi
Mempelajari Perilaku Manusia.
Yang dimaksudkan dengan perilaku manusia adalah segala kegiatan yang
dilakukan oleh manusia, baik yang secara langsung dapat diamati, seperti
berjalan, melompat, menulis, duduk, berbicara dan sebagainya. Maupun yang tidak
dapat diamati secara langsung, seperti berpikir, perasaan, motivasi dan sebagainya.
2. Perilaku Manusia Dipelajari Dalam Perannya
Sebagai Tenaga Kerja Dan Sebagai Konsumen.
Manusia dipelajari dalam interaksi dengan pekerjaannya., dengan lingkungan
fisik dan lingkungan psiko-sosialnya di pekerjaannya. sebagai tenaga kerja manusia
menjadi anggota organisasi industri dan sebagai konsumen ia menjadi pengguna
dari produk atau jasa dari organisasi perusahaan.
3. Perilaku Manusia Dipelajari Secara
Perorangan Dan Secara Kelompok.
Dalam organisasi ada unit kerja. Unit kerja yang besar terdiri dari
unit kerja yang lebih kecil dan masing terdiri dari unit kerja yang lebih kecil
lagi. dalam hubungan ini dipelajari bagaimana dampak satu kelompok atau unit
kerja terhadap perilaku seorang tenaga kerja dan sebaliknya. juga
dipelajari sejauh mana struktur, pola dan jenis organisasi mempengaruhi tenaga
kerjanya, terhadap kelompok tenaga kerja dan terhadap seorang tenaga kerja.
Tentang konsumen dapat berbentuk, sejauh mana ada reaksi yang sama dari
kelompok konsumen dengan ciri-ciri tertentu terhadap iklan suatu produk.
Berdasarkan temuan dikembangkan teori aturan atau hukum dan prinsip yang dapat
diterapkan kembali kedalam kegiatan industri dan organisasi untuk kepentingan
tenaga kerja, konsumen dan organisasinya dan untuk menguji ketepatannya.
Contohnya ditemukannya data tentang perbedaan manager yang berhasil dan yang
tidak.