Senin, 27 Maret 2017

PSI Industri #2

            Untuk kali ini saya membahas tentang bagaimana lingkup dunia pendidikan untuk jangka waktu kedepannya, dan investasi apa yg harus di mulai dari sekarang untuk memberikan masa depan yang lebih layak. pertama pada lingkup kampus, mahasiswa sebagai generasi pelanjut tongkat estafet pembangunan bangsa dan negara tentunya harus senantiasa membiasakan diri mempelajari teori dan teknik kepemimpinan. Bagaimanapun juga dengan perjalanan waktu maka mahasiswa sebagai bagian dari generasi yang dimaksudkan mau tidak mau, suka tidak suka, senang tidak senang kedepan akan diberikan beban dan tanggung jawab dalam menjalankan dan melanjutkan amanah Negara Republik Indonesia, baik ia di dalam system pemerintahan maupun diluar system pemerintahan.

Tentunya jauh sebelumnya harus dipersiapkan lebih dini, dalam hal ini wadah yang sangat efektif dalam proses penggalian tersebut adalah dalam dunia kampus, maka bagaimana cara melatih diri dalam kepemimpinan? Berikut ini dalam lingkup mahasiswa yang dapat disajikan sebagai referensi:
Þ bahwasanya, bakat bawaan atau tidak berbakat, bukan menjadi soal. Yang penting punya kemauan, niat, tekad, dan segera berbuat.
Þ berinteraksi dengan lingkungan melalui cara bergaul untuk hal-hal yang positif dan produktif.
Þ mau masuk dalam organisasi dan menajadi anggota aktif. Jadilah anak buah yang baik sebelum menjadi pemimpin yang baik, kemudian berusaha menjadi pengurus organisasi. Dikampus banyak aktivitas ekstrakokurikuler.
Þ manfaatkan setiap peluang untuk mendapatkan pengalaman dalam memimpin dimulai dari hal-hal terkecil. Dinataranya :
-mengerjakan tugas dengan baik
-mampu bekerjasama baik secara vertical maupun horizontal.
-Berani serta mau berinisiatif dan kreatif
-Berani berkorban
-Sedikit bicara dan bayak kerja
-Belajar berdiskudi, bertanya, mengemukakan pendapat
-Belajar menghargai hasil karya orang lain
-Mengembangkan kesetiakawanan
-Mengembangkan personal network
-Mengembangkan kemampuan berkomunikasi.
-Mengembangkan kemampuan membuat gagasan, konsep, ataupun proposal-proposal dalam bentuk tulisan.
-Membuat laporan pertanggung jawaban.

Patut disimak, bahwa banyak orang yang berhasil di masyarakat, baik dalam karir, politik, maupun bisnis, adalah mereka yang dulunya sangat aktif dalam berorganisasi dan kegiatan ekstra kurikuler sewaktu jadi mahasiswa. Sebaliknya Justru yang ketika masih mahasiswa pintar, prestasi akademisnya baik, bahkan lulusnya menyandang predikat cum laude tapi kurang gaul, sedikit yang berhasil dalam berkarir-terutama yang menjadi pemimpin di masyarakat, karena terdapat kelemahan dalam bidang leadership dan kemampuan bergaul.

Dilain sisi, Dalam organisasi pemerintah maupun swasta, banyak pegawai yang mempunyai prestasi akademis yang baik waktu di perguruan tinggi, ternyata dipimpin oleh mereka yang prestasi akademisnya biasa saja. Maka , kemampuan bergaul sangat penting sekali dalam suatu kepemimpinan.

Dengan demikian, jadilah mahasiswa yang aktif dalam kegiatan organisasi dan ekstra kurikuler serta pandai bergaul tanpa mengabaikan tugas-tugas intrakurikuler supaya tidak kena DO, agar suatu saat kalau sudah menjadi sarjana dan berkecimpung di masyarakat sudah terbiasa memimpin dan dapat menjadi pemimpin yang baik, bahkan bisa menjadi entrepreneur yang baik, sukses, dan tangguh, sebagai kata kunci intelektualitas bukanlah modal satu-satunya dalam membangun peradaban negeri tercinta ini namun yang tak kalah pentingnya adalah moral.

tersirat pada tugas yang di hubungkan mengenai pentingnya rakyat kedaulatan NKRI memiliki rasa komitment tinggi pada bangsa. Konsekuensi logis dari komitment tersebut menimbulkan dampak positif dan negatif bagi perkembangan kebudayaan di negeri tercinta ini. Bangsa ini telah mampu bertahan dari serangkaian interaksi kebudayaan bangsa-bangsa. Nusantara mampu memfilter perilaku hubungan simbiosis antar negara sehingga mewariskan ajaran universal luhur bagi generasinya. Leluhur bangsa telah menorehkan sejarah tinta emas peradaban pada jamannya. dapat di simbolkan pada suatu bangunan berbentuk segitiga dan memiliki fungsi sesuai dengan motif pembangunanya, yaiyu candi. Candi di bangun untuk menjadi tanda atau misi tertentu serta bagian dari strategi pembelajaran bagi generasi berikutnya. candi didirikan untuk rumah ibadah maupun tempat istana, kraton, peristirahatan,dan gapura. candi mengandung banyak sekali nilai nilai universal dalam bentuk arsiitektur, relief, serta arca yang memiliki nilai sepiritual daya cipta, rasa dan karsa. pada bangunan candi.

Tatanan batu andesit maupun batu bata serta relief dan arca yang membentuk candi menjadi media konkret nilai-nilai pendidikan humanis bagi manusia Nusantara. Perwujudan bangunan candi Borobudur dan Prambanan adalah suatu bukti penggenapan sistem nilai kehidupan adi luhung yang bermartabat pada waktu itu. Tidak mungkin candi terbesar di dunia Borobudur dibangun pada saat konflik maupun krisis multidimensi pada kehidupan masyarakat dinasi Syailendra tersebut. Ada sebuah sistem hidup dan kehidupan yang diterapkan pada waktu itu sehingga semua berjalan selaras dan serasi seimbang sehingga mampu menghasilkan mahakarya peradaban tingkat tinggi candi yang menjadi 7 keajaiban dunia tersebut.
Bangunan Borobudur adalah candi terlengkap dalam konstruksi candi di Nusantara. Disana terdapat relief-relief yang tertata dengan arsip sistematis menggambarkan perjalanan kehidupan. Relief yang diukir dalam tubuh candi tersebut terdiri atas empat tingkatan yaitu KarmawibanggaLalitawistara, Jataka AwadanaGandawyuha. Cerita-cerita dalam relief Karmawibhanggayang menggambarkan ajaran mengenai karma yakni sebab-akibat perbuatan baik dan jahat. Relief ini menceritakan perjalanan kehidupan bagi manusia yang masih mengedepankan hawa nafsu angkara. Perilaku kehidupan berdasarkan atas kesenangan hidup hedonism sehingga menghasilkan manusia-manusia rakus dan tidak beradab. Tingkatan ini seperti halnya dengan tingkatan hidup manusia yang paling rendah diibartkan seperti hewan yang hanya mengedepankan cara hidup atas perut dan bawah perut. Lalitawistara menceritakan tentang esensi kehidupan bahwa segala sesuatu itu berputar dan berulang. Filosofi ini berkaitan tentang pemutaran atau silih bergantinya roda dharma atau hukum. Manusia akan mengalami suatu dinamika dalam kehidupannya berupa senang susah, pandai bodoh, tinggi rendah, kaya miskin, hitam putih, gelap terang, siang malam. Semua diperglirkan oleh yang Maha Kuasa sehingga manusia berkewajiban untuk selalu berusaha dan berkarya. Jataka/Awadana bercerita ajaran pokok perbuatan-perbuatan baik yang bersifat universal untuk hubungan antara manusia dengan manusia. Pelajaran ini memberikan makna bahwa hidup dan berkehidupan harus mengedepankan perbuatan terpuji dan terbaik sehingga dapat menciptakan keharmonisan. Ajaran cinta kasih ini menjadi hal utama untuk membangun hubungan sosial antar manusia.Perbuatan dan skap baik itu seperti sikap rela berkorban, suka menolong, sepi ing pamrih rame ing gawe, mikul duwur mendem jero, aja adigang adigung adiguna dan gotong royong. Relief paling tinggi adalah Gandawyuha yang menceritakan tentang proses kehidupan berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencaripengetahuan tertinggi tentang kebenaran sejati. Ilmu adalah kunci kehidupan, manusia tidak bisa melakukan apapun tanpa dasar ilmu. Ilmu iku kelakone kanthi laku, maksudnya bahwa ilmu itu akan berguna dan bermanfaat serta menjadi bagian dari dalam diri manusia setelah dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Ilmu selalu mempunyai nilai kebermanfaatan dan kemaslahatan bagi umat manusia.

Nilai-nilai pelajaran simbolisasi dalam relief candi Borobudur merupakan manifestasi dari sila-sila dalam Pancasila. Relief yang menceritakan jalan kehidupan hakikatnya sama dengan perjalanan bangsa Nusantara untuk mencapai kedamaian melalui dasar Negara yaitu Pancasila. Ajaran Ketuhanan dalam relief candi sangat relevan dengan sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Stupa candi Borobudur yang sangat besar dan megah terletak dalam arupadathu menginformasikan akan sebuah nilai-nilai Ketuhanan yang Maha Perkasa. Tingkatan tertinggi Borobudur selalu menjadi tujuan mendaki di candi tersebut. Sama halnya dengan proses kehidupan menuju Ketuhanan. Bangsa Nusantara ini memberikan jalan kehidupan weltanchaung berupa sila pertama dalam Pancasila. Orang-orang Dinasti Syailendra yang membangun candi tersebut merupakan manusia-manusia yang telah mengenal Tuhannya pada waktu itu. Mereka mengkodefikasikan spiritualitas Ketuhanan dalam bentuk bangunan candi tersebut.

Relief Jataka dan Lalitawistara mengajarkan akan sebuah prinsip kehidupan berkemanusiaan. Ini relevan dan sangat sesuai dengan sila kemanusiaan yang adil dan beradab.Bangunan candi Boroburur maupun candi-candi lainnya di Nusantara pasti dibangun dalam kondisi sosialosi yang bradab. Mereka bisa berkarya membangun candi-candi bersejarah tersebut karena mendapatkan keadilan dari para pimpinan yang menguasai hajat hidup orang banyak pada masa kerajaan tersebut. Bangunan dan seni maha dahsyat tersebut hanya bisa dibangun oleh suatu tata kelola kehidupan masyarakat yang sudah beradab dan penuh nilai keteraturan. Rangkaian perjalanan kehidupan dalam relief mengajarkan suatu sistematika pembangunan mental spiritual dari manusia yang mengedepankan hawa nafsu menjadi manusia yang mengedepankan perbuatan baik dan benar antar sesame manusia. Kemanusiaan ini hanya akan terjadi mana kala manusia-manusia telah mengenal Tuhannya dengan benar. Ajaran ini sesuai dengan Pancasila bahwa sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai sila kedua Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.

Bangunan candi-candi di seluruh Nusantara menunjukkan persatuan dan kesatuan penduduk dalam berkehidupan. Candi Prambanan atau candi Dieng tidak mungkin dibangun tanpa adanya persatuan dan kesatuan diantara orang yang hidup pada saat itu. Persatuan menjadikan kekuatan maha besar sehingga mampu bekerja sama dan gotong royong membangun candi. Fakta sosilogis tersebut memberikan bukti bahwa bangsa Nusantara adalah bangsa komunak kolektif yang sangat tidak sesuai dengan ajaran individualism.Bangunan candi sendiri sudah merupakan persatuan dan kesatuan dari berbagai corak dan jenis ukiran yang menjadi satu kesatuan indah mempesona. Keterangkaian antara batu satu dengan batu lainnya diikat oleh sebuah mekanisme fisika batu yang sangat kuat sehingga bangunan candi mampu berdiri kokoh tidak mempan diterpa panas dan dingin maupun hujan.Ini menjadi pelajaran bagi manusia Nusantara bahwa perbedaan adalah hal yang pasti dan tidak bisa dihilangkan. Bhineka Tunggal Ika Tan Hanna Darma Mangrwa. Perbedaan adalah kekayaan sekaligus potensi kekuatan besar untuk dipersatukan dalam membangun bangsa.Perbedaan harus dikelola dengan bijaksana dalam rangka mencapai tujuan bersama.Itulah esensial dari sila ketiga Pancasila, persatuan Indonesia.

Candi Borobudur maupun candi-candi Nusantara merupakan bukti konkrit dari para pemimpin komunitas pada waktu itu yang mengedepankan hukum kepemimpinan. Bangunan candi hanya bisa berdiri ketika dikelola dengan manajemen dan leadership yang kuat. Prinsip-prinsip manajerial perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengarahan, pengontrolan dan penilaian menjadi hal utama yang dilakukan oleh para pimpinan mega proyek kepada para karyawan yang membangun candi tersebut. Kaidah-kaidah manajemen professional, procedural, proporsional, proaktif, progresif dan produktif menjadi landasan utama dalam mengerakkan ribuan arsitektur dan kekerja lintas kecerdasan. Hal paling penting yang menunjukkan akan sebuah kekuatan besar sehingga menghasilkan karya monumental tersebut adalah prinsip kepemimpinan Dinasti Syailendra. Prinsip kepemimpinan yang dibangun untuk memanajemen sumber daya manusia dan sumber daya material adalah prinsip hikmat kebijaksaan dan perwakilan. Hukum universal tersebut pasti diberlakukan untuk mengendalikan semua proses yang melibatkan ratusan manusia yang mempunyai lintas kecerdasan intelektual fisika, kimia, matematika, maupun kecerdasan emosional spiritual filosofis. Orang-orang terbaik dan terpilih mendapat kesempatan untuk membangun candi Borobudur tersebut. Keteraturan dan keseimbangan kehidupan masyarakat pada masa itu merupakan bukti nyata dari implementasi prinsip dan hukum kepemimpinan yang berdasarkan kebenaran universal hikmat dan kebijaksanaan. Contoh perilaku kepemimpinan Syalendra tersebut, sangat sesuai dengan nilai-nilai falsafah dalam sila keempat Pancasila yaitu kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Untuk membangun candi-candi Nusantara pastilah mengedepankan musyawarah dan perwakilan dalam menentukan letak dan posisi strategis candi yang akan menjadi tanda jejak peradaban bagi generasi anak bangsa Nusantara.

Keberhasilan para leluhur membangun candi-candi di Nusantara membuktikan jejak peradaban tinta emas pada masa itu. Terlebih pada abad ke-8 pada masa Mataram Kuno atau Kerajaan Medang Kamulan dibawah Dinasti Syailendra.Candi Borobudur merupakan artefak sejarah peradaban masa keemasan Nusantara pada masa itu. Kelahiran Candi Borobudur adalah investasi dan manifestasi dari para manusia-manusia Nusantara yang telah mencapai suatu derajat hidup yang layak dan bermartabat.Kejadian berdirinya karya seni termahsyur di dunia tersebut mengindikasikan kehidupan pada masa itu sudah sejahtera adil dan beradab. Tidak mungkin bisa berdiri candi Borobudur jika waktu itu terjadi peperangan ataupun perselisihan konflik antar anak bangsa. Itulah suatu bentuk wujud konkrit sebuah kehidupan berkat dari Tuhan yang Maha Esa, suatu kehidupan yang sangat sesuai dan menjadi cita-cita bangsa Indonesia dalam sila kelima Pancasila yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Konstruksi fisik pada candi - candi di Nusantara sama dengan konstruksi filosofis Pancasila negara Republik Indonesia. Konstruksi Pancasila ini terdiri atas sila-sila Pancasila yang tersusun secara sistematis.Pancasila sebagai suatu sistem satu kesatuan, bersifat konsisten dan koheren tidak mengandung pertentangan, adanya hubungan satu dengan lainnya dan keseimbangan dalam kerjasama untuk mengabdi pada tujuan yang satu bersama. Pancasila mempunyai susunan hierarkhis bertingkat dan bentuk piramidial untuk menggambarkan hubungan yang bertingkat dari sila-sila Pancasila dalam urut-urutan luas cakupan kuantitas dan juga dalam isi sifatnya yang bersifat kualitas. Sila-sila Pancasila saling menjiwai dan dijiwai antara satu dengan lainnya. Sila pertama melandasi sila kedua, sila ketiga, sila keempat dan sila kelima.

Penciptaan Karakter Jati Diri untuk Membangun Peradaban Bangsa
Inilah ajaran universal Pancasila para leluhur yang harus dilestarikan dan diberdayakan. Pancasila sebagai manifestasi karya candi-candi Nusantara harus dipahamkan dan ditanamkan kepada generasi penerus bangsa. Pancasila harus menjadi jati diri dan karakter kebangsaan. Nilai-nilai kearifan universal harus ditransmisikan kedalam pusat kecerdasan spiritual manusia Nusantara untuk membangun putra-putri yang siap berkorban untuk ibu pertiwi. Pembumian karakter suci dari sila-sila tersebut harus dilakukan melalui metodologi yang benar. Proses instalasi atau built in intelegensi spiritual Pancasila melalui tiga tahapan yaitu interpretasi sebagai input, internalisasisebagai proses, dan aktualisasi sebagai output.
Interpretasi adalah pemberian kesan, pendapat, atau pandangan teoretis terhadap sesuatu. Interpretasi merupakan suatu proses untuk menyederhanakan ide-ide atau issu-issu yang rumitdan kemudian membaginya dengan masyarakat awam atau umum. Interpretasi dapat digunakan untuk meyakinkan orang lain dan mendorong orang lain untuk merubah cara berpikir dan tingkah laku mereka. Reinterpretasi Pancasila adalah kembali mentafsirkan dan menguraikan kembali makna sila-sila Pancasila dengan berlandaskan kajian keilmuan yang ilmiah dan alamiah bersifat universal sesuai kontruksi intelegensi spiritual Pancasila.Interpretasi dapat dilakukan oleh masing individu-individu mapun secara kolektif dengan selalu mengedepankan kesantunan berfikirnya. Aktivitas interpretasi nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan dengan cara belajar mandiri dan kegiatan berkelompok dengan sarana sarasehan Pancasila, dialog kebangsaan atau sosialisasi nilai-nilai kearifan lokal candi-candi setiap daerah di Nusantara ini.
Internalisasi merupakan penghayatan terhadap suatu ajaran, doktrin, atau nilai sehingga menjadi keyakinan dan kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yg diwujudkan dalam sikap dan perilaku. Internalisasi Pancasila adalah kembali melakukan penghayatan, pengendapan dan penyatuan nilai-nilai dalam sila Pancasila untuk menjadi kepribadian akhlak atau karakter sejati manusia Indonesia. Internalisasi ini dilakukan oleh individu-individu sesuai dengan cara atau perilaku yang sesuai dengan kearifan lokal candi-candi Nusantara. Aktivitas internalisasi dapat dilakukan dengan bangun aktivitas malam dan renungan malam untuk menghayati nilai-nilai Pancasila dikaitkan dengan kehidupan yang sedang berlangsung. Proses internalisasi dalam kehidupan berbudaya dapat dilakukan dengan mempelajari situs candi-candi di Nusantara untuk memhami jejak peradaban dan memberikan inspirasi kejayaan dalam melangkah kedepan.
Aktualisasi adalah kegiatan aplikasi terhadap suatu pemahaman atau keyakinan tertentu. Aktualisasi Pancasila dengan mengamalkan segala nilai-nilai Pancasila yang telah diperoleh dari proses interpretasi dan internalisasi dalam bentuk aksi-aksi nyata bidang kegiatan budaya, sosial, dan ilmiah. Aktivitas aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam domain budaya kerangka proses akan menghasilkan suatu kecerdasan budaya yang berguna untuk kemaslahatan manusia. Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam kegiatan sosial akan menciptakan kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial merupakan pencapaian kualitas manusia mengenai kesadaran diri dan penguasaan pengetahuan yang bukan hanya untuk keberhasilan dalam melakukan hubungan interpersonal tetapi juga digunakan untuk membuat kehidupan manusia lebih bermanfaat bagi masyarakat sekitar, kecerdasan sosial mampu menunjukkan suatu kebenaran dalam masyarakat, peka terhadap kondisi sosial, ketajaman dalam melihat realitas sosial, menghargai perbedaan keragaman budaya, dan mampu bertindak secara strategis dan efektif dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial. Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam bidang Ilmiah dapat menghasilkan kecerdasan rasional.Aksi-aksi ini dapat dilakukan dengan penelitian dan pengkajian daerah tentang kearifan lokal daerah, kegiatan pendidikan berbasis rumah, kegiatan praktikum ilmu pengetahuan alam dan teknologi. Pengembangan aktivitas-aktivitas ilmiah ini akan menjadikan manusia-manusia Indonesia mempunyai kecerdasan intelektual untuk menyelesaikan permasalahan yang barkaitan dengan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Implementasi tersebut melibatkan subyek individu sebagai komponen utama program kecerdasan dan lingkungan keluarga, komunitas organisasi, dan bangsa dalam upaya membangun peradaban bangsa. Ketiga proses ini membutuhkan intervensi pribadi (internal) dalam proses secara individu dan membutuhkan intervensi serta keteladanan pimpinan dalam kehidupan keluarga, komunitas dan bangsa. Selain intervensi juga membutuhkan habituasi atau pembisaaan diri maupun pembudayaan kolektif oleh individu maupun dalam skala komunitas kebangsaan. Unsur yang paling penting untuk membangun karakter adalah komitmen bersama untuk membangun bangsa berdasar Pancasila yang merupakan perjanjian luhur bangsa Indonesia. Komitmen ini mempunyai fungsi utama mengikat visi dan misi serta aksi individu, keluarga, komunitas dan bangsa untuk membangun peradaban bangsa. Peradaban sangat ditentukan oleh karya-karya manusia dalam bidang budaya, sosial, dan ilmiah sebagai perwujudan kecerdasan spiritual, emosional dan intelektual. Candi-candi Nusantara adalah bukti manusia-manusia yang berkarakter ke-Tuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.

Sekian wasalam...

Senin, 13 Maret 2017

PSI Industri #1

Teknik Industri sebagai sebuah disiplin kecabangan dari ilmu keteknikan/teknologi secara formal orang mengenalinya sekitar pertengahan tahun 1900-an, setelah sebelumnya orang mengenal terlebih dahulu beberapa disiplin seperti Teknik Sipil, Teknik Mesin, Teknik Elektro, Teknik Kimia dan berbagai macam derivasi disiplin-disiplin tersebut. Namun, agak berbeda dengan disiplin keteknikan yang lain, orang seringkali menjumpai berbagai kesulitan didalam mencoba mendefinisikan secara konkrit mengenai karakteristik, ciri spesifik, maupun ruang lingkup yang berkaitan dengan fungsi maupun peran disiplin Teknik Industri ini didalam menjawab tantangan dan persoalan di dunia industri.
            Orang seringkali sulit sekali menempatkan disiplin Teknik Industri ini didalam ranah habitat “engineering” yang begitu mengunggulkan kemampuan dan kompetensi merancang --- bisa berupa rancangan produk ataupun rancangan proses --- dengan berlandaskan analisa pendekatan kuantitatif dan serba eksak. Disisi lain problematika industri yang dijumpai seringkali juga lebih cenderung begitu kompleks, gampang berubah, penuh unsur ketidak-pastian, abstraktif dan sulit untuk diramalkan dengan pendekatan obyektif; sehingga memerlukan penyelesaian yang lebih bersifat sistemik, holistik, dan komprehensif-integral. Proses pengambilan keputusan didalam menyelesaikan persoalan tidak lagi bisa dilakukan secara parsial, sepotong-potong, dan linier; akan tetapi haruslah dilakukan dengan pola pikir dan tindak lateral dengan segala macam pertimbangan yang multi-dimensional, kualitatif dan terkadang memerlukan kepekaan intuitif . Problematika industri tidaklah semata ditentukan oleh sub-sistem materi (material sub-system) yang serba eksak, melainkan juga dipengaruhi lebih banyak lagi oleh sub-sistem manusia (human sub-system) dengan perilaku yang lebih sulit untuk diduga. Problematika industri selain akan tergantung pada faktor produksi pasif (bahan baku, mesin, gedung, ataupun fasilitas produksi lainnya), juga akan banyak dipengaruhi oleh faktor produksi aktif yaitu manusia (baik sebagai individu maupun kelompok kerja) dengan segala macam perilakunya (Wignjosoebroto, 1995).
                       Sebenarnya apa-apa yang telah dilakukan oleh Taylor, dkk itu bukanlah sesuatu yang berdiri sendiri dan terlepas dari apa-apa yang telah dikerjakan oleh oleh para pioneer T.Industri sebelumnya. Bila istilah produksi maupun industri akan dipakai sebagai kata kunci yang melatar- belakangi lahirnya profesi Teknik Industri; maka setidak-tidaknya dalam hal ini Adam Smith (The Wealth of Nations, 1776) dan Charles Babbage (On Economy of Machinery and Manufacturers, 1832) telah mengemukakan konsep peningkatan produktivitas melalui efisiensi penggunaan tenaga kerja dan pembagian kerja berdasarkan spesialisasi/keahlian. Fokus dari apa yang diteliti, dikaji dan direkomendasikan oleh Smith maupun Babbage ini tampaknya memberikan motivasi kuat bagi Frederick W.Taylor (The Principles of Scientific Management, 1905) untuk menempatkan “engineer as economist” didalam perancangan sistem produksi di industri, dimana konsep yang dikembangkan berkisar pada dua tema pokok, yaitu (a) telaah mengenai “interfaces” manusia dan mesin dalam sebuah sistem kerja, dan (b) analisa sistem produksi untuk memperbaiki serta meningkatkan performans kerja yang ada. Apa-apa yang telah dilakukan oleh Taylor --- atas segala jasa yang telah dilakukannya, Frederick W.Taylor ini kemudian diberi gelar sebagai “the father of industrial engineering” --- dan para pioneer keilmuan Teknik Industri lainnya (kebanyakan dari mereka memiliki latar belakang insinyur) juga telah membuka cakrawala baru dalam pengembangan dan penerapan sains-teknologi demi kemaslahatan manusia (Emerson and Naehring, 1988)                                         .
Dalam hal ini penerapan sains, teknologi dan ilmu keteknikan (engineering) tidak harus selalu terlibat dalam masalah-masalah yang terkait dengan persoalan perancangan perangkat keras (hardware) berupa teknologi produk maupun teknologi proses saja; akan tetapi juga ikut bertanggung-jawab didalam pengembangan perangkat teknologi lainnya (software, organoware dan brainware). Kalau sebelumnya profesi insinyur lebih terpancang pada peningkatan produktivitas melalui “sumber daya pasif” (material, mesin, alat/fasilitas kerja), maka selanjutnya langkah yang dimulai oleh Taylor, dkk ini akan menempatkan manusia sebagai “sumber daya aktif” yang harus dikelola dengan sebaik-baiknya melalui kiat-kiat pengendalian manusia yang sungguh sangat spesifik. Signifikansi faktor manusia yang harus dilibatkan dalam perancangan teknologi produksi telah menempatkan rancangan sistem kerja yang awalnya cenderung serba rasional-mekanistik menjadi tampak jauh lebih manusiawi. Disini manusia tidak lagi dipandang sekedar sebagai faktor produksi (tenaga kerja) seperti halnya material, mesin atau sumber daya produksi lainnya, akan tetapi akan dilihat secara lebih utuh.
            Sebagai sumber daya aktif, perilaku manusia baik secara individu pada saat berinteraksi dengan mesin dalam sistem manusia-mesin dan lingkungan fisik kerja, maupun pada saat berinteraksi dengan sesama manusia lain dalam sebuah aktivitas kelompok kerja akan memberi pengaruh signifikan dalam setiap upaya peningkatan produktivitas. Persoalan perancangan tata-cara kerja di lini produksi nampak terus terarah pada upaya mengimplementasikan konsep “human-centered engineered systems” untuk perancangan teknologi produksi dengan melibatkan unsur manusia didalamnya. Demikian juga sesuai dengan ruang lingkup industri yang pendefinisannya terus melebar-luas --- dalam hal ini industri akan dilihat sebagai sebuah sistem skala besar yang komprehensif-integral --- maka persoalan industri tidak lagi cukup dibatasi oleh pemahaman tentang perancangan teknologi produk dan/atau teknologi proses dalam ruang lingkup industri yang berskala mikro dan berdimensi operasional saja; akan tetapi juga mencakup ke persoalan organisasi dan manajemen industri dalam skala yang lebih luas, makro, kompleks dan berdimensi strategis. Problem industri tidak lagi berada didalam dinding-dinding industri yang rigid-terbatas, tetapi terus bergerak merambah menuju ranah lingkungan luar sistem-nya. Solusi persoalan tidak lagi cukup didekati dengan proses pengambilan keputusan yang bersifat sepotong-potong dan parsial, melainkan memerlukan solusi-solusi yang berbasiskan pemahaman mengenai konsep sistem, analisis sistem dan pendekatan sistem (Wignjosoebroto, 1997).
TUJUAN TEKNIK INDUSTRI :
Menjamin bahwa produk/jasa yang dihasilkan berkualitas, tepat waktu dan dengan biaya yang sesuai.
 MANFAAT TEKNIK INDUSTRI BAGI KEHIDUPAN MANUSIA 
Tidak diragukan lagi sepanjang masa sejarah hidup manusia  teknik industri memberikan banyak kontribusi bagi kehidupan manusia. Sebagai hasil dari proses berfikir teknik industri diarahkan untuk melayani manusia. Teknik industri memberikan solusi yang lebih efektif dan efisien dalam berbagai proses produksi, termasuk penggunaan mesin, material, waktu, sumber daya manusia, informasi, dan sebagainya. Teknik industri juga memiliki manfaat dalam pembuatan sistem kerja yang efektif dan efisien agar produksi barang di pabrik berjalan lancar.
 Pengertian Psikologi Industri pada suatu organisasi adalah
Ilmu tentang tingkah laku manusia yang berkaitan dengan lingkungannya (organisasi/perusahaan).
Berkaitan dengan:
·         Faktor yang mempengaruhi hasil kerja.
·         Faktor yang mempengaruhi kepuasan kerja
·         Cara atau prosedur agar hasil kerja dan kepuasan kerja maksimum
Fungsi Psikologi Industri
Salah satu fungsi yang umum dari psikologi dalam bidang industri adalah:
Melakukan Penyelidikan-penyelidikan yang berhubungan dengan kegiatan-kegiatan personel management.
Misalnya: Seleksi Karyawan, penempatan karyawan, pengkuran sikap, motivasi, dan sebagainya.
Contoh  penyelidikan  atau penerapan dari fungsi yang berkaitan dalam psikologi industri, pernah dilakukan oleh Hawthorne dalam penelitiannya tentang pengaruh pencahayaan terhadap kinerja operator di sebuah pabrik. Hasil dari penelitian tersebut berkesimpulan bahwa, cahaya tidak berpengaruh penting terhadap kinerja operator. Akan tetapi Perhatian seorang manajer lebih berperan untuk meningkatkan kinerja operator. Penelitian ini ada kaitannya dalam sebuah kajian “Perancangan Sistem Kerja” di semua sektor industri baik barang (manufaktur) ataupun jasa.
PSIKOLOGI INDUSTRI DAN ORGANISASI
A.    Pengertian.
Psikologi industry/organisasi merupakan suatu ilmu yang di dalam psikologi, adapun pengertian dari psikologi industry/organisasi dari beberapa tokoh, yaitu:
1.      Guion (1983), Psikologi industri organisasi adalah studi tentang hubungan antara manusia dengan dunia kerja. Riset terhadap manusia kemana mereka pergi, mereka bertemu dan apa yang mereka lakukan untuk memenuhi kehidupannya.
2.      lum dan Taylor (1968), Psikologi industri organisasi adalah aplikasi yang simple atau pendalaman dari fakta-fakta dan prinsip-prinsip psikologis yang berkaitan dengan manusia dalam konteks bisnis dan industri.
3.      A.S. Munandar (1994), Psikologi industri organisasi adalah ilmu yg mempelajari perilaku manusia dalam peranannya sebagai tenaga kerja & konsumen baik secara perorangan maupun secara kelompok.
4.      Munsterberg (dalam Berry 1998) adalah ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia dalam dunia kerja.
Jadi Psikologi industry dan organisasi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam perannya sebagai tenaga kerja dan konsumen yang baik secara perorangan maupun secara kelompok untuk kepentingan dan kemanfaatan bersama.
B.     Sejarah Psikologi Industri dan Organisasi.
Tahun 1901, Walter Dill Scott berbicara tentang kemungkinan penggunaan psikologi dalam periklanan. Tahun 1903 ia menerbitkan bukunya The Theory of Advertising, yang dipandang sebagai buku pertama yang membahas tentang psikologi dengan suatu aspek dari dunia kerja (Schultz, 1982, halaman. 8). Tahun 1913 terbit buku lain dengan judul The Psychology of Industrial Efficiency yang ditulis oleh Hugo Muensterberg. yang membahas secara lebih luas bidang dari psikologi industri.
Frederick Winslow Taylor, seorang sarjana teknik, pelopor gerakan “scientific manajement” mencari cara-cara yang paling efisien untuk melakukan suatu pekerjaan, dan menciptakan berbagai macam alat mekanik yang disesuaikan dengan struktur faal badan dan anggota badan kita.
Pada masa itu mulailah para sarjana psikologi melakukan eksperimen bersama-sama dengan para teknik industri menggarap obyek studi yang baru, yaitu kesesuaian dan penyesuaian dari lingkungan kerja fisik, peralatan kerja dan proses kerja dengan keterbatasan kemampuan fisik dan psikis dari manusia sebagai tenaga kerja.
Mulai tahun 1960-an penerapan psikologi di bidang penjualan, dengan mengadakan penelitian perilaku konsumen. Sehubungan dengan hal tersebut maka dimulai kegiatan promosi melalui berbagai media untuk menarik konsumen.
Para sarjana psikologi mendalami hubungan antar manusia dalam industri, mempelajari organisasi sebagai suatu keseluruhan, struktur dan iklim berbagai macam organisasi, pola dan gaya komunikasi, struktur sosial formal dan informal yang ditimbulkan, untuk menentukan pengaruh dan akibatnya terhadap perilaku tenaga kerja.
Fred Fiedler mengemukakan teori kepemimpinan yang di kenal sebagai contigency models of leadership, yang menyatakan situasi yang berbeda membutuhkan leadership style yang berbeda pula. Dalam era ini, teori-teori organisasi mulai tumbuh dan berkembang dengan lebih banyak variasinya. Pada masa sampai Perang Dunia II, maka Classical organization theory mendominasi ranah teori organisasi. Pada tahun 1960-an, teory organisasi berkembang dengan pesat, baik di Inggris maupun di Amerika. Dapat dikatakan sejak era 1960-an, para ahli Psikologi Industri dan Organisasi mulai terpengaruh oleh masalah-masalah orgnisasi sebagai context individu yang berbeda. Pada tahun 1971, istilah Psikologi Industri dan Organisasi mulai digunakan di kalangan akademisi dan praktisi. Psikologi Industri dan Organisasi ini tidak saja membicarakan hal-hal yang tradisional dalam psikologi industri seperti seleksi dan lain-lain, tetapi mulai memasukkan faktor organisasi seperti kepemimpinan, komunikasi dalam organisasi sebagai bagian dari buku-buku Psikologi Industri dan Organisasi.
Frederick Winslow Taylor, seorang sarjana tehnik, mencari cara-cara yang paling efisien untuk melakukan suatu pekerjaan, dan menciptakan berbagai macam alat mekanik yang disesuaikan dengan stuktur faal badan anggota badan kita. Pada masa itu mulailah para sarjana psikologi eksperimen bersama-sama dengan para sarjana tehnik industri menggarap objek studi yang baru, yaitu kesesuaian dan penyesuaian dari lingkungan kerja fisik, peralatan kerja dan proses kerja dengan keterbatasan kemampuan fisik dan psikik dari manusia sebagai tenaga kerja. Melalui eksperimen ditemukan hukum-hukum dan prinsip-prinsip umum yang diterapkan dalam menyusun suatu proses kerja yang efisien, merancang dan membuat alat-alat yang dengan kemampuan fisik dan psikik manusia. Dengan bekerja sama dengan sarjana tehnik, para sarjana psikologi memberi keterangan tentang kapasitas dan keterbatasan manusia dalam menggunakan peralatan canggih. Para sarjana psikologi juga membantu para perancang tehnik dalam tata letak panel alat, baik yang ada dalam mobil maupun yang ada di kokpit kapal terbang.
Akhirnya pada waktu bersamaan para sarjana psikologi sebagai kelanjutan mendalami hubungan antarmanusia dalam industri mulai mempelajari organisasi sebagai suatu keseluruhan. Mereka mempelajari strukur, iklim dan budaya dari berbagai macam organisasi, pola dan gaya dari komunikasinya, struktur sosial formal dan informal yang ditimbulkan, untuk menentukan pengaruh dan akibatnya terhadap perilaku tenaga kerja. Psikologi industri dan organisaisi di indonsesia baru di kenal dan di kembangkan di Indonesia sekitar tahun 1950-an.
C.     Sejarah Masuknya Psikologi Industri Dan Organisasi Di Indonesia
Psikologi Industri dan Organisasi di Indonesia Psikologi sebagai ilmu baru dikenal dan dikembangkan di Indonesia sekitar tahun 1950-an. Ketika kemerdekaan Indonesia diakui secara resmi oleh belanda akhir tahun 1949, terdapat kegiatan-kegiatan psikologis dengan menggunakan tes-tes psikologis yang dilakukan oleh:
1.      Balai Psychototechnick dari Kementrian Pendidikan Pengajaran & Kebudayaan RI yang emngadakan seleksi siswa untuk masuk ke sekolah menengah kejuruan teknik serta pengukuran psikometris untuk keperluan penjurusan sekolah.
2.      Pusat Psikologi Angkatan Darat Di Bandung yang menyelenggarakan seleksi dan penjurusan bagi para anggotanya berdasarkan pengukuran psikomertis.
Pada tanggal 3 Maret 1953, dibawah pimpinan Prof. Dr. Slamet Imam Santosso, didirikan Lembaga Pendidikan Asisten Psikologi, dan Balai Psychotechniek dari Kementrian Pendidikan Pengajaran dan Kebudayaan RI dilebur ke dalamnya manjadi bagian Psikologi Kejuruan dan Perusahaan. Lembaga Pendidikan Psikologi Berkembang menjadi Jurusan Psychologi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia dan tahun 1960 menjadi Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Bagian Psikologi Kejuruan dan Perusahaan sekarang menjadi Bagian Psikologi Industri dan Organisasi. Psikologi Industri yang merupakan cabang dari psikologi yang ketika itu hanya menerapkan penggunaan tes dalam rangka seleksi dan penjurusan sekolah sejak itu berubah menjadi ilmu yang dapat dikembangkan teorinya melalui penelitian-penelitian.
Secara umum dapat dikatakan bahwa kemungkinan-kemungkinan untuk mengembangkan psikologi dan industri di Indonesia sebagai ilmu telah dikenal dan dipahami, tetapi pelaksanaanya belum dapat dilakukan sepenuhnya.
Psikologi dan Industri di Indonesia dewasa ini masih merupakan ilmu terapan dengan kegiatan utamanya pada pelaksanaan pemeriksaan psikologis (yang secara popular dikenal dengan “psikotes”) dengan tujuan seleksi dan penempatan, penyuluhan dan bimbingan kejuruan dan pengembangan karir.
D.    Ruang Lingkup Psikologi Industri dan Organisasi.
1.      Psikologi Industri Dan Organisasi Mempelajari Perilaku Manusia.
Yang dimaksudkan dengan perilaku manusia adalah segala kegiatan yang dilakukan oleh manusia, baik yang secara langsung dapat diamati, seperti berjalan, melompat, menulis, duduk, berbicara dan sebagainya. Maupun yang tidak dapat diamati secara langsung, seperti berpikir, perasaan, motivasi dan sebagainya.
2.      Perilaku Manusia Dipelajari Dalam Perannya Sebagai Tenaga Kerja Dan Sebagai Konsumen.
Manusia dipelajari dalam interaksi dengan pekerjaannya., dengan lingkungan fisik dan lingkungan psiko-sosialnya di pekerjaannya. sebagai tenaga kerja manusia menjadi anggota organisasi industri dan sebagai konsumen ia menjadi pengguna dari produk atau jasa dari organisasi perusahaan.
3.      Perilaku Manusia Dipelajari Secara Perorangan Dan Secara Kelompok.
 Dalam organisasi ada unit kerja. Unit kerja yang besar terdiri dari unit kerja yang lebih kecil dan masing terdiri dari unit kerja yang lebih kecil lagi. dalam hubungan ini dipelajari bagaimana dampak satu kelompok atau unit kerja terhadap perilaku seorang tenaga kerja dan sebaliknya. juga dipelajari sejauh mana struktur, pola dan jenis organisasi mempengaruhi tenaga kerjanya, terhadap kelompok tenaga kerja dan terhadap seorang tenaga kerja.

Tentang konsumen dapat berbentuk, sejauh mana ada reaksi yang sama dari kelompok konsumen dengan ciri-ciri tertentu terhadap iklan suatu produk. Berdasarkan temuan dikembangkan teori aturan atau hukum dan prinsip yang dapat diterapkan kembali kedalam kegiatan industri dan organisasi untuk kepentingan tenaga kerja, konsumen dan organisasinya dan untuk menguji ketepatannya. Contohnya ditemukannya data tentang perbedaan manager yang berhasil dan yang tidak.