Untuk
kali ini saya membahas tentang bagaimana lingkup dunia pendidikan untuk jangka
waktu kedepannya, dan investasi apa yg harus di mulai dari sekarang untuk
memberikan masa depan yang lebih layak. pertama pada lingkup kampus, mahasiswa sebagai generasi pelanjut tongkat estafet pembangunan
bangsa dan negara tentunya harus senantiasa membiasakan diri mempelajari teori
dan teknik kepemimpinan. Bagaimanapun juga dengan perjalanan waktu maka
mahasiswa sebagai bagian dari generasi yang dimaksudkan mau tidak mau, suka
tidak suka, senang tidak senang kedepan akan diberikan beban dan tanggung jawab
dalam menjalankan dan melanjutkan amanah Negara Republik Indonesia, baik ia di
dalam system pemerintahan maupun diluar system pemerintahan.
Tentunya jauh
sebelumnya harus dipersiapkan lebih dini, dalam hal ini wadah yang sangat
efektif dalam proses penggalian tersebut adalah dalam dunia kampus, maka
bagaimana cara melatih diri dalam kepemimpinan? Berikut ini dalam lingkup
mahasiswa yang dapat disajikan sebagai referensi:
Þ bahwasanya, bakat bawaan atau tidak berbakat, bukan menjadi soal. Yang penting punya kemauan, niat, tekad, dan segera berbuat.
Þ berinteraksi dengan lingkungan melalui cara bergaul untuk hal-hal yang positif dan produktif.
Þ mau masuk dalam organisasi dan menajadi anggota aktif. Jadilah anak buah yang baik sebelum menjadi pemimpin yang baik, kemudian berusaha menjadi pengurus organisasi. Dikampus banyak aktivitas ekstrakokurikuler.
Þ manfaatkan setiap peluang untuk mendapatkan pengalaman dalam memimpin dimulai dari hal-hal terkecil. Dinataranya :
Þ bahwasanya, bakat bawaan atau tidak berbakat, bukan menjadi soal. Yang penting punya kemauan, niat, tekad, dan segera berbuat.
Þ berinteraksi dengan lingkungan melalui cara bergaul untuk hal-hal yang positif dan produktif.
Þ mau masuk dalam organisasi dan menajadi anggota aktif. Jadilah anak buah yang baik sebelum menjadi pemimpin yang baik, kemudian berusaha menjadi pengurus organisasi. Dikampus banyak aktivitas ekstrakokurikuler.
Þ manfaatkan setiap peluang untuk mendapatkan pengalaman dalam memimpin dimulai dari hal-hal terkecil. Dinataranya :
-mengerjakan
tugas dengan baik
-mampu bekerjasama baik secara vertical maupun horizontal.
-Berani serta mau berinisiatif dan kreatif
-Berani berkorban
-Sedikit bicara dan bayak kerja
-Belajar berdiskudi, bertanya, mengemukakan pendapat
-Belajar menghargai hasil karya orang lain
-Mengembangkan kesetiakawanan
-Mengembangkan personal network
-Mengembangkan kemampuan berkomunikasi.
-Mengembangkan kemampuan membuat gagasan, konsep, ataupun proposal-proposal dalam bentuk tulisan.
-Membuat laporan pertanggung jawaban.
-mampu bekerjasama baik secara vertical maupun horizontal.
-Berani serta mau berinisiatif dan kreatif
-Berani berkorban
-Sedikit bicara dan bayak kerja
-Belajar berdiskudi, bertanya, mengemukakan pendapat
-Belajar menghargai hasil karya orang lain
-Mengembangkan kesetiakawanan
-Mengembangkan personal network
-Mengembangkan kemampuan berkomunikasi.
-Mengembangkan kemampuan membuat gagasan, konsep, ataupun proposal-proposal dalam bentuk tulisan.
-Membuat laporan pertanggung jawaban.
Patut disimak, bahwa banyak
orang yang berhasil di masyarakat, baik dalam karir, politik, maupun bisnis,
adalah mereka yang dulunya sangat aktif dalam berorganisasi dan kegiatan ekstra
kurikuler sewaktu jadi mahasiswa. Sebaliknya Justru yang ketika masih mahasiswa
pintar, prestasi akademisnya baik, bahkan lulusnya menyandang predikat cum
laude tapi kurang gaul, sedikit yang berhasil dalam berkarir-terutama yang
menjadi pemimpin di masyarakat, karena terdapat kelemahan dalam bidang
leadership dan kemampuan bergaul.
Dilain sisi, Dalam organisasi
pemerintah maupun swasta, banyak pegawai yang mempunyai prestasi akademis yang
baik waktu di perguruan tinggi, ternyata dipimpin oleh mereka yang prestasi
akademisnya biasa saja. Maka , kemampuan bergaul sangat penting sekali dalam
suatu kepemimpinan.
Dengan demikian, jadilah
mahasiswa yang aktif dalam kegiatan organisasi dan ekstra kurikuler serta
pandai bergaul tanpa mengabaikan tugas-tugas intrakurikuler supaya tidak kena
DO, agar suatu saat kalau sudah menjadi sarjana dan berkecimpung di masyarakat
sudah terbiasa memimpin dan dapat menjadi pemimpin yang baik, bahkan bisa
menjadi entrepreneur yang baik, sukses, dan tangguh, sebagai kata kunci
intelektualitas bukanlah modal satu-satunya dalam membangun peradaban negeri
tercinta ini namun yang tak kalah pentingnya adalah moral.
tersirat pada tugas yang di hubungkan mengenai pentingnya rakyat kedaulatan NKRI memiliki rasa komitment tinggi pada bangsa. Konsekuensi logis dari komitment tersebut
menimbulkan dampak positif dan negatif bagi perkembangan kebudayaan di negeri
tercinta ini. Bangsa ini telah mampu bertahan dari serangkaian interaksi
kebudayaan bangsa-bangsa. Nusantara mampu memfilter perilaku hubungan simbiosis
antar negara sehingga mewariskan ajaran universal luhur bagi generasinya.
Leluhur bangsa telah menorehkan sejarah tinta emas peradaban pada jamannya. dapat di simbolkan pada suatu bangunan berbentuk segitiga dan memiliki fungsi sesuai dengan motif pembangunanya, yaiyu candi. Candi di bangun untuk menjadi tanda atau misi tertentu serta bagian dari strategi pembelajaran bagi generasi berikutnya. candi didirikan untuk rumah ibadah maupun tempat istana, kraton, peristirahatan,dan gapura. candi mengandung banyak sekali nilai nilai universal dalam bentuk arsiitektur, relief, serta arca yang memiliki nilai sepiritual daya cipta, rasa dan karsa. pada bangunan candi.
Bangunan Borobudur adalah candi
terlengkap dalam konstruksi candi di Nusantara. Disana terdapat relief-relief
yang tertata dengan arsip sistematis menggambarkan perjalanan kehidupan. Relief
yang diukir dalam tubuh candi tersebut terdiri atas empat tingkatan yaitu Karmawibangga, Lalitawistara,
Jataka Awadana, Gandawyuha. Cerita-cerita dalam relief Karmawibhanggayang
menggambarkan ajaran mengenai karma yakni sebab-akibat perbuatan baik
dan jahat. Relief ini menceritakan perjalanan kehidupan bagi manusia yang
masih mengedepankan hawa nafsu angkara. Perilaku kehidupan berdasarkan atas
kesenangan hidup hedonism sehingga menghasilkan manusia-manusia rakus dan tidak
beradab. Tingkatan ini seperti halnya dengan tingkatan hidup manusia yang
paling rendah diibartkan seperti hewan yang hanya mengedepankan cara hidup atas
perut dan bawah perut. Lalitawistara menceritakan tentang esensi
kehidupan bahwa segala sesuatu itu berputar dan berulang. Filosofi ini
berkaitan tentang pemutaran atau silih bergantinya roda dharma atau hukum.
Manusia akan mengalami suatu dinamika dalam kehidupannya berupa senang susah,
pandai bodoh, tinggi rendah, kaya miskin, hitam putih, gelap terang, siang
malam. Semua diperglirkan oleh yang Maha Kuasa sehingga manusia berkewajiban
untuk selalu berusaha dan berkarya. Jataka/Awadana bercerita
ajaran pokok perbuatan-perbuatan baik yang bersifat universal untuk hubungan
antara manusia dengan manusia. Pelajaran ini memberikan makna bahwa hidup dan
berkehidupan harus mengedepankan perbuatan terpuji dan terbaik sehingga dapat
menciptakan keharmonisan. Ajaran cinta kasih ini menjadi hal utama untuk
membangun hubungan sosial antar manusia.Perbuatan dan skap baik itu seperti
sikap rela berkorban, suka menolong, sepi ing pamrih rame ing gawe, mikul duwur
mendem jero, aja adigang adigung adiguna dan gotong royong. Relief paling
tinggi adalah Gandawyuha yang menceritakan tentang proses
kehidupan berkelana tanpa mengenal lelah dalam usahanya mencaripengetahuan
tertinggi tentang kebenaran sejati. Ilmu adalah kunci kehidupan, manusia
tidak bisa melakukan apapun tanpa dasar ilmu. Ilmu iku kelakone kanthi
laku, maksudnya bahwa ilmu itu akan berguna dan bermanfaat serta menjadi
bagian dari dalam diri manusia setelah dipraktekkan dalam kehidupan nyata. Ilmu
selalu mempunyai nilai kebermanfaatan dan kemaslahatan bagi umat manusia.
Nilai-nilai pelajaran simbolisasi
dalam relief candi Borobudur merupakan manifestasi dari sila-sila dalam
Pancasila. Relief yang menceritakan jalan kehidupan hakikatnya sama dengan
perjalanan bangsa Nusantara untuk mencapai kedamaian melalui dasar Negara yaitu
Pancasila. Ajaran Ketuhanan dalam relief candi sangat relevan dengan sila
pertama Ketuhanan Yang Maha Esa. Stupa candi Borobudur yang sangat besar dan
megah terletak dalam arupadathu menginformasikan akan sebuah nilai-nilai
Ketuhanan yang Maha Perkasa. Tingkatan tertinggi Borobudur selalu menjadi
tujuan mendaki di candi tersebut. Sama halnya dengan proses kehidupan menuju
Ketuhanan. Bangsa Nusantara ini memberikan jalan kehidupan weltanchaung berupa
sila pertama dalam Pancasila. Orang-orang Dinasti Syailendra yang membangun
candi tersebut merupakan manusia-manusia yang telah mengenal Tuhannya pada
waktu itu. Mereka mengkodefikasikan spiritualitas Ketuhanan dalam bentuk
bangunan candi tersebut.
Relief Jataka dan Lalitawistara mengajarkan
akan sebuah prinsip kehidupan berkemanusiaan. Ini relevan dan sangat sesuai
dengan sila kemanusiaan yang adil dan beradab.Bangunan candi Boroburur maupun
candi-candi lainnya di Nusantara pasti dibangun dalam kondisi sosialosi yang
bradab. Mereka bisa berkarya membangun candi-candi bersejarah tersebut karena
mendapatkan keadilan dari para pimpinan yang menguasai hajat hidup orang banyak
pada masa kerajaan tersebut. Bangunan dan seni maha dahsyat tersebut hanya bisa
dibangun oleh suatu tata kelola kehidupan masyarakat yang sudah beradab dan
penuh nilai keteraturan. Rangkaian perjalanan kehidupan dalam relief
mengajarkan suatu sistematika pembangunan mental spiritual dari manusia yang
mengedepankan hawa nafsu menjadi manusia yang mengedepankan perbuatan baik dan
benar antar sesame manusia. Kemanusiaan ini hanya akan terjadi mana kala
manusia-manusia telah mengenal Tuhannya dengan benar. Ajaran ini sesuai dengan
Pancasila bahwa sila pertama Ketuhanan Yang Maha Esa mendasari dan menjiwai
sila kedua Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab.
Bangunan candi-candi di seluruh
Nusantara menunjukkan persatuan dan kesatuan penduduk dalam berkehidupan. Candi
Prambanan atau candi Dieng tidak mungkin dibangun tanpa adanya persatuan dan
kesatuan diantara orang yang hidup pada saat itu. Persatuan menjadikan kekuatan
maha besar sehingga mampu bekerja sama dan gotong royong membangun candi. Fakta
sosilogis tersebut memberikan bukti bahwa bangsa Nusantara adalah bangsa
komunak kolektif yang sangat tidak sesuai dengan ajaran individualism.Bangunan
candi sendiri sudah merupakan persatuan dan kesatuan dari berbagai corak dan
jenis ukiran yang menjadi satu kesatuan indah mempesona. Keterangkaian antara
batu satu dengan batu lainnya diikat oleh sebuah mekanisme fisika batu yang
sangat kuat sehingga bangunan candi mampu berdiri kokoh tidak mempan diterpa
panas dan dingin maupun hujan.Ini menjadi pelajaran bagi manusia Nusantara
bahwa perbedaan adalah hal yang pasti dan tidak bisa dihilangkan. Bhineka
Tunggal Ika Tan Hanna Darma Mangrwa. Perbedaan adalah kekayaan sekaligus
potensi kekuatan besar untuk dipersatukan dalam membangun bangsa.Perbedaan
harus dikelola dengan bijaksana dalam rangka mencapai tujuan bersama.Itulah esensial
dari sila ketiga Pancasila, persatuan Indonesia.
Candi Borobudur maupun candi-candi
Nusantara merupakan bukti konkrit dari para pemimpin komunitas pada waktu itu
yang mengedepankan hukum kepemimpinan. Bangunan candi hanya bisa berdiri ketika
dikelola dengan manajemen dan leadership yang kuat. Prinsip-prinsip manajerial
perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, pengarahan, pengontrolan dan
penilaian menjadi hal utama yang dilakukan oleh para pimpinan mega proyek
kepada para karyawan yang membangun candi tersebut. Kaidah-kaidah manajemen
professional, procedural, proporsional, proaktif, progresif dan produktif
menjadi landasan utama dalam mengerakkan ribuan arsitektur dan kekerja lintas
kecerdasan. Hal paling penting yang menunjukkan akan sebuah kekuatan besar
sehingga menghasilkan karya monumental tersebut adalah prinsip kepemimpinan
Dinasti Syailendra. Prinsip kepemimpinan yang dibangun untuk memanajemen sumber
daya manusia dan sumber daya material adalah prinsip hikmat kebijaksaan dan
perwakilan. Hukum universal tersebut pasti diberlakukan untuk mengendalikan
semua proses yang melibatkan ratusan manusia yang mempunyai lintas kecerdasan
intelektual fisika, kimia, matematika, maupun kecerdasan emosional spiritual
filosofis. Orang-orang terbaik dan terpilih mendapat kesempatan untuk membangun
candi Borobudur tersebut. Keteraturan dan keseimbangan kehidupan masyarakat
pada masa itu merupakan bukti nyata dari implementasi prinsip dan hukum
kepemimpinan yang berdasarkan kebenaran universal hikmat dan kebijaksanaan.
Contoh perilaku kepemimpinan Syalendra tersebut, sangat sesuai dengan
nilai-nilai falsafah dalam sila keempat Pancasila yaitu kerakyatan yang
dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan. Untuk
membangun candi-candi Nusantara pastilah mengedepankan musyawarah dan
perwakilan dalam menentukan letak dan posisi strategis candi yang akan menjadi
tanda jejak peradaban bagi generasi anak bangsa Nusantara.
Keberhasilan para leluhur membangun
candi-candi di Nusantara membuktikan jejak peradaban tinta emas pada masa itu.
Terlebih pada abad ke-8 pada masa Mataram Kuno atau Kerajaan Medang Kamulan
dibawah Dinasti Syailendra.Candi Borobudur merupakan artefak sejarah peradaban
masa keemasan Nusantara pada masa itu. Kelahiran Candi Borobudur adalah
investasi dan manifestasi dari para manusia-manusia Nusantara yang telah
mencapai suatu derajat hidup yang layak dan bermartabat.Kejadian berdirinya
karya seni termahsyur di dunia tersebut mengindikasikan kehidupan pada masa itu
sudah sejahtera adil dan beradab. Tidak mungkin bisa berdiri candi Borobudur
jika waktu itu terjadi peperangan ataupun perselisihan konflik antar anak
bangsa. Itulah suatu bentuk wujud konkrit sebuah kehidupan berkat dari Tuhan
yang Maha Esa, suatu kehidupan yang sangat sesuai dan menjadi cita-cita bangsa
Indonesia dalam sila kelima Pancasila yaitu Keadilan sosial bagi seluruh rakyat
Indonesia.
Konstruksi fisik pada candi - candi di
Nusantara sama dengan konstruksi filosofis Pancasila negara Republik Indonesia. Konstruksi Pancasila
ini terdiri atas sila-sila Pancasila yang tersusun secara sistematis.Pancasila
sebagai suatu sistem satu kesatuan, bersifat konsisten dan koheren tidak
mengandung pertentangan, adanya hubungan satu dengan lainnya dan keseimbangan
dalam kerjasama untuk mengabdi pada tujuan yang satu bersama. Pancasila
mempunyai susunan hierarkhis bertingkat dan bentuk piramidial untuk
menggambarkan hubungan yang bertingkat dari sila-sila Pancasila dalam
urut-urutan luas cakupan kuantitas dan juga dalam isi sifatnya yang bersifat
kualitas. Sila-sila Pancasila saling menjiwai dan dijiwai antara satu dengan
lainnya. Sila pertama melandasi sila kedua, sila ketiga, sila keempat dan sila
kelima.
Penciptaan Karakter Jati Diri untuk Membangun
Peradaban Bangsa
Inilah ajaran universal Pancasila
para leluhur yang harus dilestarikan dan diberdayakan. Pancasila sebagai
manifestasi karya candi-candi Nusantara harus dipahamkan dan ditanamkan kepada
generasi penerus bangsa. Pancasila harus menjadi jati diri dan karakter kebangsaan.
Nilai-nilai kearifan universal harus ditransmisikan kedalam pusat kecerdasan
spiritual manusia Nusantara untuk membangun putra-putri yang siap berkorban
untuk ibu pertiwi. Pembumian karakter suci dari sila-sila tersebut harus
dilakukan melalui metodologi yang benar. Proses instalasi atau built in intelegensi
spiritual Pancasila melalui tiga tahapan yaitu interpretasi sebagai input,
internalisasisebagai proses, dan aktualisasi sebagai output.
Interpretasi adalah pemberian kesan,
pendapat, atau pandangan teoretis terhadap sesuatu. Interpretasi merupakan
suatu proses untuk menyederhanakan ide-ide atau issu-issu yang rumitdan
kemudian membaginya dengan masyarakat awam atau umum. Interpretasi dapat digunakan untuk meyakinkan orang
lain dan mendorong orang lain untuk merubah cara berpikir dan tingkah laku
mereka. Reinterpretasi Pancasila adalah kembali mentafsirkan dan
menguraikan kembali makna sila-sila Pancasila dengan berlandaskan kajian
keilmuan yang ilmiah dan alamiah bersifat universal sesuai kontruksi
intelegensi spiritual Pancasila.Interpretasi dapat dilakukan oleh masing
individu-individu mapun secara kolektif dengan selalu mengedepankan kesantunan
berfikirnya. Aktivitas interpretasi nilai-nilai Pancasila dapat dilakukan
dengan cara belajar mandiri dan kegiatan berkelompok dengan sarana sarasehan
Pancasila, dialog kebangsaan atau sosialisasi nilai-nilai kearifan lokal
candi-candi setiap daerah di Nusantara ini.
Internalisasi merupakan penghayatan
terhadap suatu ajaran, doktrin, atau nilai sehingga menjadi keyakinan dan
kesadaran akan kebenaran doktrin atau nilai yg diwujudkan dalam sikap dan
perilaku. Internalisasi Pancasila adalah kembali melakukan penghayatan,
pengendapan dan penyatuan nilai-nilai dalam sila Pancasila untuk menjadi
kepribadian akhlak atau karakter sejati manusia Indonesia. Internalisasi ini
dilakukan oleh individu-individu sesuai dengan cara atau perilaku yang sesuai
dengan kearifan lokal candi-candi Nusantara. Aktivitas internalisasi dapat
dilakukan dengan bangun aktivitas malam dan renungan malam untuk menghayati
nilai-nilai Pancasila dikaitkan dengan kehidupan yang sedang berlangsung.
Proses internalisasi dalam kehidupan berbudaya dapat dilakukan dengan
mempelajari situs candi-candi di Nusantara untuk memhami jejak peradaban dan memberikan
inspirasi kejayaan dalam melangkah kedepan.
Aktualisasi adalah kegiatan aplikasi
terhadap suatu pemahaman atau keyakinan tertentu. Aktualisasi Pancasila dengan
mengamalkan segala nilai-nilai Pancasila yang telah diperoleh dari proses
interpretasi dan internalisasi dalam bentuk aksi-aksi nyata bidang kegiatan
budaya, sosial, dan ilmiah. Aktivitas aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam
domain budaya kerangka proses akan menghasilkan suatu kecerdasan budaya yang
berguna untuk kemaslahatan manusia. Aktualisasi nilai-nilai Pancasila dalam
kegiatan sosial akan menciptakan kecerdasan sosial. Kecerdasan sosial merupakan
pencapaian kualitas manusia mengenai kesadaran diri dan penguasaan pengetahuan
yang bukan hanya untuk keberhasilan dalam melakukan hubungan interpersonal
tetapi juga digunakan untuk membuat kehidupan manusia lebih bermanfaat bagi
masyarakat sekitar, kecerdasan sosial mampu menunjukkan suatu kebenaran dalam
masyarakat, peka terhadap kondisi sosial, ketajaman dalam melihat realitas
sosial, menghargai perbedaan keragaman budaya, dan mampu bertindak secara
strategis dan efektif dalam menyelesaikan masalah-masalah sosial. Aktualisasi
nilai-nilai Pancasila dalam bidang Ilmiah dapat menghasilkan kecerdasan
rasional.Aksi-aksi ini dapat dilakukan dengan penelitian dan pengkajian daerah
tentang kearifan lokal daerah, kegiatan pendidikan berbasis rumah, kegiatan
praktikum ilmu pengetahuan alam dan teknologi. Pengembangan aktivitas-aktivitas
ilmiah ini akan menjadikan manusia-manusia Indonesia mempunyai kecerdasan
intelektual untuk menyelesaikan permasalahan yang barkaitan dengan ilmu
pengetahuan dan teknologi.
Implementasi tersebut melibatkan
subyek individu sebagai komponen utama program kecerdasan dan lingkungan
keluarga, komunitas organisasi, dan bangsa dalam upaya membangun peradaban
bangsa. Ketiga proses ini membutuhkan intervensi pribadi (internal) dalam
proses secara individu dan membutuhkan intervensi serta keteladanan pimpinan
dalam kehidupan keluarga, komunitas dan bangsa. Selain intervensi juga
membutuhkan habituasi atau pembisaaan diri maupun pembudayaan kolektif oleh
individu maupun dalam skala komunitas kebangsaan. Unsur yang paling penting
untuk membangun karakter adalah komitmen bersama untuk membangun bangsa
berdasar Pancasila yang merupakan perjanjian luhur bangsa Indonesia. Komitmen
ini mempunyai fungsi utama mengikat visi dan misi serta aksi individu,
keluarga, komunitas dan bangsa untuk membangun peradaban bangsa. Peradaban
sangat ditentukan oleh karya-karya manusia dalam bidang budaya, sosial, dan
ilmiah sebagai perwujudan kecerdasan spiritual, emosional dan intelektual.
Candi-candi Nusantara adalah bukti manusia-manusia yang berkarakter ke-Tuhanan,
kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan.
Sekian wasalam...